Monday 2 June 2014

Secuil sms yang masih ada

Malam itu, aku senang setelah diberitahunya kalau dia akan mengajar di salah satu SMA terbaik di kota Depok. Senang juga karena ternyata jadwal hari dia mengajar sama dengan jadwalku, Senin, Selasa, dan Rabu. Karenanya kami masih punya waktu untuk bertemu, kalau tidak Kamis, ya Jum’at. Dengan antusiasnya dia bercerita hari pertama dia di sana, sangat kelihatan dan kurasakan dia sangat senang mendapatkan kesempatan mengajar di sana.
“The boys, they’re funny, and the girls, they’re shy…”, ujarnya.
“How much time do you think I should give students before I lock the door once class has begun?”,
“They come to class 20 minutes late-I’m locking the door: no entry after (10 mins??? Once class has begun) tanyanya kepadaku.
“10 minutes is fine…” jawabku.
Aku memang belum pernah “lock the door” kalau mengajar, berhubung siswa yang aku ajar adalah taruna yang tingkat kedisiplinannya tidak diragukan lagi…(pengalamanku lho ya..).
Aku bilang, to be strict to students who often come late is badly needed. Diapun sependapat, strict bukanlah “get angry”, tapi lebih pada seperti apa yang dikatakannya
“I’m making a list of consequences for each of their bad behaviors”.

No comments:

Post a Comment